28.2.17

Catatan 28 Februari 2017

Lama sekali rasanya tidak mengunjungi danau sanubari, tenggelam dalam hiruk pikuk dunia materi. Hari ini 28 Februari 2017, jari tergerak untuk menulis kembali, hanya sekedar membuat dokumentasi tentang pengalaman meditasi pagi tadi.

Cukup lama juga ikut berlatih meditasi walaupun tidak sering, mungkin "tidak sering" dan "tidak konsisten" ini lah faktor penyebab hasil yg tidak maksimal. Belajar meditasi dengan bimbingan bbrp orang "guru" juga tidak membuat diri ini pandai, sekali lagi bukan para guru yang tidak kompeten, tapi diri ini lah yang tidak serius menggali dan mempraktekkan dengan konsisten. Selama ini berlatih meditasi yang dirasakan adalah punggung pegel, pinggang encok, kaki kesemutan, tubuh serasa melayang. Awal 2016 diri ini memutuskan untuk lebih serius belajar meditasi, atas anjuran teman di grup meditasi saya mendaftar kursus Vipassana 10 hari di Pusat Pelatihan Meditasi Vipassana di Gunung Geulis bogor. Hari pertama excited banget. Hari kedua mulai galau, Hari ketiga saya ijin pulang #tepokjidat. kata teman, diri ini terlalu banyak kemelekatan.

Pagi ini pukul 5.22 saya terbangun, saya putuskan untuk cuci muka dan berlatih meditasi 30 menit, menyadari dan mencatat nafas yang keluar masuk, 15 menit berlalu bahu kiri mulai terasa sakit seperti ditekan, rasa sakit pun menjalar hingga kelengan. Saya sadari dan amati rasa sakit tersebut, rasa sakit tersebut hilang perlahan dan ketika sakit tersebut hilang timbul rasa kegembiraan hingga seluruh tubuh bergetar. Entah apakah diri ini telah berada di jalur yang benar, tetapi hal tersebut menambah semangat saya untuk berlatih lebih giat.

6.9.12

Bersyukur Setiap Saat

Hidup di tengah masyarakat kota pempek ini semua serba "untung". Ketika seorang teman mengalami kecelakaan, walaupun motor rusak, walaupun tulang pergelangan tangan retak dan harus digips, serta beberapa luka dan memar disana sini, tapi masih tetap "untung". Untung cuma pergelangan tangan yang retak, untung cuma motor yang rusak.

Tanpa disadari, itu merupakan bentuk "syukur" yang sangat spontan. Berkah Tuhan mengalir setiap hari dalam setiap tarikan nafas. Belajar dari wong kito, dalam musibah pun kita masih "untung", jadi harus tetap bersyukur.

Keep Smile because S.M.I.L.E is Seeing Miracle In Life Everyday.

11.9.11

Cinta

Cinta....
Lebih dari sekedar pelukan, ciuman dan rasa suka.
Lebih dari sekedar perasaan emosional semata.

Cinta...
Sesuatu yang indah..
Menghadirkan semua rasa
Datang tak kentara
Pergi meninggalkan jejak - jejak makna.

Cinta adalah ketika kehilangan gairah, rasa dan romantika
namun tetap peduli padanya..

Cinta adalah keihklasan hati yang memberi tanpa peduli
terbalas indah atau berakhir kecewa.

Hutang Nyawa, Hutang Budi dan Balas Budi

Dunia ini sungguh aneh, sangat aneh. Begitu banyak hutang disana sini. Bukan hanya hutang materi yang dapat dijumlah tetapi juga hutang – hutang yang bersifat abstrak. Yang pertama “Hutang Nyawa” Setiap hari terjadi pembunuhan (silahkan baca Koran) si A menghilangkan nyawa si B, karena si B keluarga si C, maka si C menganggap si A berhutang nyawa. Hutang materi bisa dijumlah, bisa dikalkulasi sehingga bisa dihitung dan dibayar. Bagaimana dengan “Hutang Nyawa”  Apakah setiap hutang nyawa harus dibayar dengan nyawa???? Bila hutang nyawa dibayar dengan nyawa, sampai kapan hutang tersebut akan lunas??

Kemudian yang kedua adalah “Hutang Budi”, dalam kehidupan ini kita diajarkan untuk saling menolong, saling memberi, saling membantu terhadap sesama (ini adalah pelajaran yang ditanamkan sejak sekolah dasar). Seharusnya ini adalah hal yang lumrah. Ketika seseorang butuh bantuan dan kita bisa membantu ya kita bantu. Semua orang pernah membantu orang lain. Semua orang pernah menerima bantuan dari orang lain. Ini adalah hukum alam. Ini bukan hal yang mulia tetapi hal yang sangat manusiawi sekali. Konsep Hutang Budi timbul karena manusia memiliki rasa, memiliki emosi, dan memiliki nurani. Ketika ditolong, ia ingin membalas pertolongan tersebut. Sebuah konsep yang sangat baik dan sangat indah. Ada sebuah cerita yang sangat indah tentang Hutang Budi dan Balas Budi ini.

Ada seorang anak lelaki miskin.
Ia sangat kelaparan, tapi tak punya uang. Anak itu memutuskan mengetuk pintu sebuah rumah utk meminta makanan.
Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya meminta segelas air.
Gadis itu tahu, anak ini pasti lapar. Maka,ia membawakan segelas besar susu.
“Berapa harga segelas susu ini? " tanya anak lelaki itu
”Ibu mengajarkan kami, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami " jawab si gadis muda itu
“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam. " balas anak lelaki itu

Sekian tahun berlalu..
Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa dan mengalami sakit kronis..
Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Ia dibawa ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis. Dokter Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.
Pada saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh dimata dokter tersebut.
Bergegas ia turun dari kantornya dilantai atas menuju kamar wanita tersebut.
Dalam balutan baju putih kedokterannya, ia langsung mengenali wanita itu.
Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu bisa disembuhkan.
Wanita itu menerima amplop tagihan RS dalam ketakutan. Ia tak akan mampu membayar, meski dicicil seumur hidup. Dengan tangan bergetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan dipojok atas tagihan...
"Telah dibayar lunas dengan segelas susu"
Tertanda, dr. Howard Kelly.
Note :
Cerita ini disadur dari buku pengalaman dr. Howard Kelly dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania.
Dokter Howard Kelly adalah dokter yang sangat dihormati. Pada thn 1895, ia mendirikan Division of Gynecologi c Oncology di John Hopkins University ¤

Dalam cerita ini, biaya pengobatan yang sangat mahal itu telah dibayar dengan segelas susu. Sungguh cerita yang sangat luar biasa indah. It’s beyond words.



Dalam Buddhisme, ini adalah rantaian sebab dan akibat, setiap kejadian adalah karena hubungan karma di masa lalu. Ketika anda ditolong oleh seseorang dalam bentuk apapun, bahkan ketika anda diselamatkan dari kematian, ingatlah bahwa di masa lalu atau di kehidupan sebelumnya, anda telah memberinya “segelas susu”, dan sekarang ia mengembalikan “segelas susu” yang pernah anda berikan, bila anda merasa sangat berhutang budi dengan seseorang itu, silahkan anda memberinya “segelas susu” lagi dikemudian hari.


Note : Buat yang memiliki dilema "Menikah untuk membalas budi"
 "Segelas susu" dibayar dengan "Segelas susu". Hutang Budi dibayar dengan Budi baik. Hutang Budi tidak dapat dilunasi dengan pernikahan, atau pengabdian. Karena ini adalah 2 hal yang sangat berbeda. Bila kebaikan dan ketulusan dapat dilunasi dengan pernikahan, akan ada begitu banyak poligami di dunia ini, dan kita yang tidak suka poligami akan takut untuk berbuat baik atau menolong orang lain.

Mencintai Adalah Pilihan


Bertemu adalah kesempatan…
Mencintai adalah pilihan……
Ketika bertemu seseorang yang membuat kita tertarik, itu bukan pilihan, itu kesempatan…….
Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, bahkan dengan segala kekurangannya…. Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan….
Ketika kita memilih bersama seseorang walau apapun yang terjadi, justru di saat kita menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya, dari pasangan kita, dan tetap memilih untuk mencintainya…. Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan…….
Perasaan “cinta”, “simpatik”, “tertarik”, datang sebagai kesempatan dalam hidup kita..
Tetapi cinta yang dewasa, mencintai dengan komitmen di hadapan Tuhan dan manusia adalah pilihan…
Mungkin kesempatan mempertemukan kita dengan pasangan jiwa kita….. tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, adalah pilihan yang harus kita pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan dan Manusia.
Kita berada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai.. tetapi untuk BELAJAR mencintai orang yang belum sempurna dengan cara yang sempurna.

21.10.10

Mengapa Pria Tetap Memilih Jadi Matahari?

Ada sebuah untaian kata yang bagus dan sangat menginspirasi, tulisan ini pertama kali saya baca di board vypress intranet kantor. Hingga hari ini pun saya masih belum tau siapa penulisnya. Saya tulis kembali disini hanya untuk berbagi sekaligus memperindah danau sanubari ini.

Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.
  • Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan pria berkata ingin menjadi matahari.
    Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari, bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.
  • Wanita berkata ingin menjadi rembulan dan pria berkata ingin tetap menjadi matahari.Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi matahari.
  • Wanita berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari dan pria berkata ia akan selalu menjadi matahari.
Wanita tersenyum pahit dan kecewa.
Wanita sudah berubah 3x namun pria tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama wanita. Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari.
Pria merenung sendiri dan menatap matahari.
Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari agar bunga dapat terus hidup. Matahari akan memberikan
semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik. Walau
matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama
bunga.
Ini disebut kasih yaitu memberi tanpa pamrih.
Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi matahari agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi.
Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan
siapakah yang ingat kepada matahari. Matahari rela memberikan cahaya nya untuk bulan walaupun ia sendiri
tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan kehilangan kemuliaan nya sebagai pemberi cahaya
agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut.
Ini disebut dengan pengorbanan, menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.
Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, pria tetap
selalu jadi matahari agar Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya.
Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang
membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix. Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau Phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cinta nya.
Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan.
Untuk para wanita, sudahkah anda menemukan matahari dalam hidup anda???

14.11.09

Hangatnya Kasih Natal

"Cinta adalah lebih dari sekedar Pelukan, Ciuman, dan rasa suka"


          Sudah 3 jam aku duduk di depan komputerku untuk menyelesaikan Proposal Study Tour Ke Borobudur. Suara Dewi pembawa acara Momea Gold Mania yang sejak tadi menemaniku dari kabin siar Radio Momea FM kini telah digantikan suara kalem si Vic“Hua Ce Lei”Chou dengan lagu Pieces Of Tears – nya.

“Pieces Of Tears, lagu favoritnya yuyu nih.” Gumamku

“Yuyu ??? aduh mampus gue…….!!” sambil menepuk kening, aku beranjak dari singgasana-ku.

Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.35 WIB. Lalu ku lihat Motorola C650-ku, ternyata tidak aktif. Setelah kuaktifkan ada sebuah SMS dari yuyu

“Fer, aku udah di Cafe nih. Kamu ada dimana? Jangan ngaret lagi ya.”

“Waduh….bisa kacau nih dunia persilatan.” Batinku.

Buru – buru aku mengganti pakaian, lalu memacu Suzuki Shogun-ku ke Mal Palembang Square di bilangan Kampus Pom IX.



          Setelah memarkir motor aku langsung berlari ke Cafe Bunga. Sore itu suasana di Cafe Bunga tidak begitu ramai. Pandanganku menyapu seluruh ruangan, tapi yuyu tidak ada. Tak lama, salah seorang waitress yang mengenaliku datang menghampiri.

“Fer, koq baru datang? Yuyu nungguin kamu lama lho.” Jelas waitress yang akrab disapa Mbak Bertha itu.

“Hmm….sekarang Yuyu nya kemana Mbak?” tanyaku

“Baru aja pergi, tadi mbak liat matanya berkaca - kaca seperti mau nangis.”

“Ok deh, Thanks ya Mbak” kata ku pelan



          Memang akhir – akhir ini kami jarang jalan bareng. Sejak aku punya job tambahan sebagai Ketua Mapala dan Wakil Ketua Senat Mahasiswa di kampusku, aku lebih banyak meluangkan waktuku untuk membuat Program – program kegiatan Mapala dan menghadiri rapat – rapat di kampus sampai lupa kalo aku punya sesuatu yang lebih berharga yaitu cinta seorang yuyu.

“Fer, temeni aku ke Gramedia yuk.” Pinta yuyu saat doi menelponku kemarin.

“Hmmm….yu, besok aja ya. Aku lagi ada rapat nih.”

Ku dengar ia menghela nafas

“Yu, marah ya?” tanyaku

“Gak, tapi janji ya besok temeni aku ke Gramed” katanya

“Iya, aku janji. Eh..yu, pergi nya jam berapa?”

“Jam 5 sore ya. Karena Ferris lagi sibuk, Yuyu tunggu di PS aja ya.”

“Di Cafe Bunga?”

“Yup.”

“Ok deh. Dah yuyu.”

“Bye, I love u” katanya mengakhiri pembicaraan.

Ia memang gadis yang pengertian. Tiga kata terakhir itu, dulu aku sering mengungkapkannya baik secara lisan maupun dengan isyarat tangan. Tapi belakangan ini kalimat indah itu sudah terlupakan. Bahkan tadi aku tidak membalas ucapannya.



          Sudah 2 hari sms – sms ku tidak mendapat balasan. Dan setiap kali aku menelpon selalu diputus. Biasanya gadis itu tidak pernah marah seperti ini. Ada rasa sesal dalam diriku. Rasa penyesalan yang sangat menusuk. Belakangan ini aku memang tanpa sadar telah melupakan gadis yang paling kukasihi itu.



          Akhirnya malam itu aku memutuskan untuk menelpon Yuyu di rumahnya. Tapi yang mengangkat telpon adalah Lina, saudara sepupu Yuyu.

“Lin, bisa bicara dengan yuyu sebentar?”

“Ngapain cari Yuyu? Kamu kan udah gak peduli sama dia.” Tanya Lina ketus

“Aku mau jelasin sesuatu Lin”

“Gak ada yang perlu dijelasin Fer.” Kata Lina ketus

“Lin, please bantu aku. Sebentar aja.” Pintaku

“Yuyu gak ada di sini!” jawab Lina lalu menutup telpon.



Penyesalan itu kian dalam. Sepanjang malam aku tidak dapat tidur.

“Besok pagi aku harus menemui yuyu, kalau tidak aku akan kehilangan dia untuk selamanya.” Batinku



          Pagi itu mentari bersinar cerah, setelah sarapan aku langsung memacu Suzuki Shogun-ku ke rumah yuyu di Jln. Semeru. Begitu sampai, aku langsung mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu tersebut dibuka, ternyata Lina.

“Pagi. Lin, yuyu ada Lin ?”

“Masih peduli dengan yuyu ?” tanya Lina ketus

“Lin, Please, aku cuma mau minta maaf dan menjelaskan semuanya.”

“Fer, seharusnya kamu bisa mengatur waktumu. Seharusnya kamu bisa menyisakan sedikit waktumu untuk yuyu. Fer, yuyu butuh perhatianmu, dan itu tidak ia dapatkan sejak kamu aktif dalam organisasi di kampusmu. Itu yang membuatnya kecewa.” Jelas Lina

“Aku tahu Lin. Aku telah menyadarinya. Untuk itulah aku kemari.”

“Tapi sayang kamu terlambat Fer.”

Aku menatap Lina dengan penuh tanda tanya.

“Yuyu udah gak disini lagi, kemarin ia memutuskan untuk pulang ke rumah ortunya di Muara Enim.”


Mendengar penjelasan Lina, penyesalanku semakin bertambah. Kali ini aku benar – benar tidak bisa memaafkan diriku. Dengan emosi ku tinju tembok batu yang ada di sampingku hingga tanganku memar, lalu duduk di kursi rotan yang ada di situ dan memejamkan mata.

“Fer..” Lina menyentuh pundakku dan tersenyum

Aku berpaling dan menatap Lina

“Fer, yuyu hanya seminggu di sana. Ia hanya ingin merayakan Natal bersama Ortu dan adiknya, minggu depan ia akan kembali kemari.”

“Sungguh ?!” tanyaku lagi

“Kuliahnya kan baru semester 2” kata Lina tersenyum

“Benar juga.” Batinku

Secercah harapan tumbuh dalam hatiku.



Tak lama kemudian, Lina keluar membawa obat luka dan perban lalu membalut lukaku.

“Fer, lu beneran sayang sama yuyu ?” tanya Lina

Aku mengangguk pelan.

“Yuyu adalah hal terindah dalam hidup aku lin” kataku sungguh – sungguh

“Yuyu juga sangat sayang sama kamu Fer.” Kata Lina tersenyum

Aku hanya diam.

“Lin, kamu punya alamat yuyu yang di Muara Enim ?” tanyaku

“Buat apa ?”

“Malam ini kan malam Natal.” Jawabku tersenyum

“Kamu mau menyusulnya ke Muara Enim ?” Tanya Lina terkejut

Aku tersenyum

“Ya. Untuk minta maaf, untuk mengatakan padanya bahwa aku sangat menyesal. Dan aku mau bilang kalo aku sangat menyayanginya. Sekalian ngucapin Selamat Natal.” Jelasku

“Wah…wah sepertinya malam Natal ini akan menjadi malam Natal yang romantis.” Kata Lina tersenyum, lalu masuk ke dalam.


Tak lama kemudian, ia keluar sambil membawa selembar kertas berisi catatan alamat yuyu dan memberikannya padaku.

“Fer, jangan kecewain dia lagi ya.”

Aku mengangguk

“Fer, semoga berhasil. Aku akan berdoa untuk kalian berdua.” Kata Lina dengan tulus

“Thanks ya Lin”



          Pulang dari rumah Lina, aku langsung mampir ke Travel untuk memesan tiket. Dan pagi itu juga, setelah pulang ke rumah untuk mengambil perlengkapan, aku langsung berangkat ke Muara Enim.



          Sepanjang perjalanan aku terus memikirkannya. Yuhana, gadis manis berambut sunsilk itu, aku mengenalnya pada Pesta Ultah Aldo sahabatku. Entah bagaimana, tak lama kemudian kami menjadi bersahabat lalu menjadi sepasang kekasih. Ia kuliah di MDP jurusan Sistem Informasi sedangkan aku kuliah di STBA Methodist Jurusan Sastra Inggris, tapi pengetahuanku tentang komputer cukup lumayan karena aku memang hobi dengan benda ajaib itu. Mungkin karena kesamaan hobi itulah yang membuat kami dekat.



          Setelah -/+ 5 Jam, akhirnya perjalanan yang melelahkan itu berakhir juga. Aku tiba di rumah yuyu sekitar pukul 17.25 WIB. Setelah mobil yang mengantarku berlalu pergi, kupandangi rumah yang ada di depanku. Rumah itu sederhana namun terlihat asri. Halamannya penuh dengan bunga, kelihatannya cukup terawat.



Aku membuka pintu pagar, dan berjalan menuju teras lalu mengetuk pintu. Cukup lama aku mengetuk pintu, namun tidak ada terdengar jawaban. Tak lama, ada seorang tetangga yang memberitahuku kalau Yuhana dan keluarganya tidak ada di rumah.

“Pak Yoseph dan keluarganya pergi ke Gereja, mungkin nanti malam baru pulang.” Kata Bapak itu.

“Benar juga, ini kan malam Natal.” Batinku



Hari mulai gelap. Aku menghampiri laki – laki setengah baya itu untuk meminta alamat Gereja yang dimaksud. Setelah mendapatkan alamat tersebut, aku segera pamit dan berlalu pergi.



          Malam itu kota Muara Enim terlihat cukup meriah, gemerlap lampu warna warni menghiasi sudut – sudut kota. Kira – kira 15 menit kemudian aku tiba di gereja itu, Gereja Santa Theresia yang megah. Di halamannya yang cukup luas terdapat sebuah patung Bunda Maria dengan raut wajah yang memancarkan cinta kasih. Patung itu nampak bercahaya karena gemerlap lampu warna warni yang menghiasi Pohon Natal yang ada di dekatnya.



Sepertinya Misa Natal sudah dimulai. Aku segera masuk dan bergabung dengan para jemaat untuk berdoa dan menyanyikan kidung – kidung Natal yang menghangatkan hati dan mendamaikan jiwaku.



          Setelah Misa Natal usai, aku segera mencari Yuyu. Ternyata ia sedang berdoa seorang diri di hadapan patung Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Aku berjalan menghampirinya

“Yu……”sapaku setelah ia selesai berdoa

Ia membuka mata dan berpaling ke arahku.

“Ferris…….kau???” ia nampak terkejut

“Lina yang memberitahuku. Yu…, aku minta maaf. Aku……….”

Kata – kataku terhenti karena Yuhana menempelkan jemarinya di bibirku. Ia tersenyum manis seolah tak pernah terjadi sesuatu.

“Jangan bicara lagi. Lina sudah cerita semuanya.” Jelas Yuyu

“Aku gak marah Fer. Aku gak marah……..” katanya lagi

Ada butir – butir kristal bening yang mencair dan mengalir dari matanya yang indah.

Mendengar kata – katanya itu, aku tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan. Setelah mengecup hangat keningnya, aku memeluknya dengan erat.

“Aku menyayangimu yu, aku menyayangimu…………….” Bisikku.

Ia melihat tanganku yang dibalut perban itu.

“Dasar bodoh…..”katanya sambil mengenggam tanganku.

Aku cuma tersenyum


Tiba – tiba aku teringat boneka Teddy Bear yang kubeli dari Grand JM sebelum berangkat pagi tadi. Kubuka tas ranselku dan mengeluarkan boneka itu.

“Yu, Selamat Natal..” kataku sambil mencium jemarinya.

“Thanks Fer, tapi aku gak punya kado Natal untukmu”

“Yuyu udah ngasih kado Natal yang paling indah” kataku tersenyum.

Ia memandangku dengan wajahnya yang lugu.

“Yuyu udah maafin Ferris. Itu adalah kado Natal yang paling indah.” aku menjelaskan

Ia pun tersenyum. Senyuman yang memberiku kehangatan Kasih Natal.

“Terima kasih Tuhan” Batinku

Seorang Dewi

"Hati ini tidak pernah salah. Hanya Cinta tidak selalu terbalas indah"

“Cowok itu ibarat kapal dan cewek bagaikan batu karang, bila kapal berlayar terlalu dekat pada batu karang maka kapal tersebut akan kandas”

Itulah kata – kata yang pernah kuucapkan saat temanku ngobrol tentang “pacar”. Dan saat itu cuma Aldo (salah satu teman terbaikku) yang mampu memodifikasi kata – kataku.
“Loe tu goblok banget jen, kan lebih baik kalo batu karangnya kita pecahin, angkut ke kapal dan bawa berlayar”.

Mendengar kata – katanya itu, aku cuma bisa tertawa (dasar anak Jakarta!!!!)

Selama ini, aku memang menghabiskan waktu luangku hanya untuk meng-upgrade diri dengan cara belajar dan belajar (membosankan memang). Kalo refreshing paling ke Gramedia, main internet, atau ke bawah Ampera (cari buku bekas). Semua ini ku lakukan karena aku menginginkan masa depan yang lebih baik, aku ingin sukses dan yang ku tahu kesuksesan itu adalah 1% impian dan 99% keringat.

Namun lambat laun semangat “45” itu kendor juga. Saat itu aku merasa seperti orang yang mendaki bukit yang terjal dengan memikul batu batu besar dipunggung. Aku mulai bosan dengan kehidupanku yang tidak berwarna (itu kata temanku Ming2). Hingga suatu hari, saat aku bertemu dengannya. Seorang gadis cantik berambut panjang yang memberiku energi kehidupan yang lebih dahsyat dari baterai Energizer (walaupun cuma 3 hari). Ya …. dialah Dewi, gadis cantik, pinter dan aktif (mirip Honda Insight kalo boleh aku samain dengan mobil) yang secara tidak sengaja telah menyalakan pelita dan menerangi sudut – sudut hatiku yang telah lama diliputi kegelapan.


************************************************


Awalnya, pagi itu aku dan Aldo dengan mengendarai Yamaha F1ZR barunya pergi ke Vihara Dharmakirti yang terletak di Jl. Mayor Santoso. Saat melewati bengkel Usaha Tehnik, Aldo langsung berkicau,
“Wah si Dewi sembahyang di vihara sini jugo ye”.
Ternyata yang dimaksud adalah seorang siau cie piao liang (cantik men!) yang berjalan seorang diri.

Seminggu kemudian, saat sembahyang Kathina aku bertemu lagi dengan gadis itu. Lalu aku mencoba menyapanya,
“Halo wi, liat Aldo gak ?” tanya ku (alasan nih ^^)
Dia tersenyum, “Aku gak liat tuh, kayaknya gak dateng”
Senyumnya begitu mempesona. Tanpa ku sadari Dewi Aphrodite telah melepaskan panahnya, dan nancep tepat di jantung ku.

Sejak itu, setiap kali aku bertemu dengannya aku selalu menyapanya walaupun cuma “halo” doang. Dan sejak saat itu juga, aku selalu berharap untuk bertemu dengannya.


************************************************


Suatu hari, harapanku terkabul. Pagi itu aku sedang nungguin bis kota saat mataku melihat seorang gadis cantik diselimuti baju biru dan rok putih yang bermandikan sinar mentari yang cerah. Rambutnya yang panjang tergerai berkilau indah.
“Dewi!!!!!!” teriakku dalam hati
Aku mencoba bersikap biasa – biasa saja. Sambil tersenyum aku menyapanya, dia pun tersenyum manis.
“Mau kemana wi ?” tanyaku
Dia menjawab, tapi gak kedengaran dan aku gak mau nanya 2 kali (ntar di bilangin budeg ^^!). jadi aku cuma mengangguk sok ngerti.
“Mau kemana ?” dia balik nanya
“Mau kerja”
“Kerja dimana ?”
“Di thamrin, kamboja”
Saat itu ku lihat ada sebuah bis Km12 berhenti.
“Dewi naik mobil apa wi ?”
“Aku naik bis perum”
“Kalo gitu aku duluan ya “

Setelah itu aku langsung naik, tapi saat aku duduk aku berkata dalam hati “kok aku goblok banget ya ? aku kan bisa juga naik bis perum”. Aku berniat turun tapi gak jadi (abis tengsin sih). Bis mulai bergerak dan aku cuma bisa memaki – maki diriku sendiri dan berdoa agar aku mendapat kesempatan itu lagi esok hari. (dasar telmi alias telat mikir).

Setiba di kantor, aku bertemu dengan Rustam (karyawan baru) yang ternyata teman sekelas Dewi waktu di SMU Methodist I. Aku jadi ingat kalo Anton (temanku di sparepart) juga alumni Methodist I, begitu ku dapati si gendut itu, aku langsung menginterogasinya.
“Oh…..Dewi Kusuma, wongnyo item manis ye ?” jawabnya saat ku tanya apakah dia kenal dengan Dewi.
“Item???? Putih men. Cantik tau gak!!!!”
“He…he..he setau aku dulunyo Dewi kusuma itu yo agak – agak item, item manis “ katanya cengegesan.
“Emang Kopiko, udah lanjut…”
“Doi dulu tinggal di plaju, di Gg. Saleh, sekolah di SMP Methodist 3, SDnyo di Xaverius 8, emang ngapo kau nanyoin dio ?” Anton bicara panjang lebar persis pak er te.


************************************************


Keesokan harinya, seperti biasa aku nunggu bis di tempat itu. Entah kenapa hari itu aku begitu pe de. Saat aku melihatnya naik bis, aku pun ikut naik dan duduk di sampingnya. Begitu melihatku dia tersenyum.
“Kerja dimana Wi ?” aku mencoba membuka pembicaraan
“Di Arta, kamu tinggal di plaju ya ?”
“Gak ah, aku tinggal dekat sini, Dewi pernah tinggal di plaju kan ?” aku balik nanya
Dia mengangguk
“Di Gg. Saleh ?”
“Koq tau ?” dia mulai tertawa, begitu juga saat aku katakan bahwa dia pernah sekolah di SD Xaverius 8, SMP Methodist 3, dan SMU Methodist I
“Tau darimana ?” tanyanya lagi
“Dari BSP” aku mencoba bergurau
“Apa tu BSP ?”
“Badan Sensus Penduduk”
Dia tertawa lagi, dan aku senang sekali bisa membuatnya tertawa.

Pada hari itu aku mendapat suatu kebahagiaan yang tak dapat ku lukiskan dengan kata –kata. Pelita itu mulai menyala.

************************************************


Pagi itu mentari masih menyinari kota palembang dengan cerah, secerah wajahku saat melihat gadis itu dengan senyum diwajah berjalan menghampiriku. Ternyata Sanghyang Adi Buddha masih memberikan kesempatan padaku. .Saat di dalam bis aku berusaha untuk memanfaatkan waktu yang hanya + 15 menit itu sebaik mungkin. Aku berusaha membuatnya tersenyum dan tertawa.
“Hari ini biar aku saja yang bayar, gantian” katanya sambil tersenyum
“Kalo gitu sekalian aja besok kamu ongkosin aku, aku mo ke vihara gak ada ongkos” aku memodifikasi kata – kata yang pernah diajarkan Aldo
“iya .. kalo ketemu” dia menjawab sambil tertawa
Ternyata William Shakespeare benar juga bahwa cinta itu bisa membuat orang lemah menjadi kuat. Hari itu aku merasa berada di-Negeri di Awan-nya Katon Bagaskara. Semangatku mulai bangkit, kini aku punya alasan untuk hidup dan terus berjuang menggapai kesuksesan. Sepanjang hari aku bekerja dengan penuh semangat, bahkan saat aku pulang kerja dan pintu masih terkunci karena cece-ku belum pulang (mungkin jjs ama temennya) sehingga aku harus nunggu berjam – jam, aku tidak marah sedikitpun. Malah untuk beberapa saat aku melantunkan “Om mani pad me hum namo kwan se im po sat” dan “Namo sakyamuni buddhaya” sebagai rasa terima kasihku. Pelita itu kian bercahaya dan menerangi sudut – sudut hatiku yang paling dalam.


************************************************


Minggu itu puja bakti dimulai pukul 07.15, jadi pagi – pagi sekali aku pergi ke vihara. Selain ingin berterima kasih kepada para Buddha dan Bodhisatva, aku juga berharap dapat bertemu dengan gadis itu. Pagi itu aku beranjali sebanyak 5 kali. 2 yang terakhir aku khususkan untuk berterima kasih kepada para Buddha dan Bodhisatva atas 2 hari terindah yang baru saja kudapat serta berdoa agar kebahagiaan itu gak game over cuma sampe disini.

Aku mulai bermimpi tentang Valentine tahun 2002 yang akan datang. aku bermimpi memiliki seseorang yang bisa kuberikan setangkai mawar merah dan sebuah boneka Teddy Bear. Tanpa sadar aku berbicara dengan boneka kingkong pemberian cece-ku bahwa Sanghyang Adi Buddha (Tuhan) telah menganugerahi aku seorang Dewi.

Aku berkhayal, sincia ini aku akan datang kerumah Aldo dengan seorang Dewi, dan mengatakan padanya bahwa aku bisa mendapat anugerah seorang Dewi.
Namun impian dan khayalan itu hilang terbawa angin tatkala Rita (teman kerjaku yang juga teman sekampus Dewi) mengatakan bahwa sang Dewi-ku udah punya seorang Gatotkaca eh Arjuna men!!. Angin itu tak hanya mencuri mimpi – mimpiku tapi juga membuat pelita itu kian mengecil dan mengecil. Dan kini pelita itu padam sama sekali.

Ternyata Beauty and the Beast itu hanya ada dalam dongeng. Dan ternyata Sang Peri itu gak adil, Cinderella dan Casper dikasih 1 jam untuk bersama orang yang dicintainya, sedangkan aku cuma dikasih + 30 menit (+ 15 menit X 2 hari)
Ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Ya…. Semangatku telah hilang. Sepanjang hari aku malas berbicara, begitu juga saat pulang ke rumah dan cece-ku bertanya
“Lho koq bekalnya gak dimakan ?”
Aku cuma diem kayak patung
“Kamu sakit ya ?” tanyanya lagi
Aku cuma geleng – geleng
“Tapi koq tampang kamu kayak orang sakit ?”
“Udah deh, aku lagi gak mood jadi jangan banyak tanya” jawabku keki

Malam itu setelah membaca Manggala Sutta dan Ratana Sutta aku langsung tidur dan berharap saat aku bangun esok hari semuanya dapat aku lupakan. Tapi ternyata aku salah. Sama seperti lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh Michael Learns to Rock “Love is one big illusion, I should try to forget, but there is something left in my head”. Nama Dewi kusuma itu masih ada dalam benakku, saat – saat bersamanya 2 hari itu masih tersimpan dalam memori otakku.

Ternyata William Shakespeare benar lagi, bahwa cinta itu selain dapat membuat orang lemah jadi kuat, dapat juga membuat orang kuat jadi lemah dan orang pinter jadi bodoh.

Ya gadis itu ternyata memang seorang Dewi dan ternyata deposito karma baikku belum cukup untuk mendapat anugerah seorang Dewi.

Copyright @09-01-2002 *** Revised 22-06-2007 *** Created by Budi Susanto
"