14.11.09

Hangatnya Kasih Natal

"Cinta adalah lebih dari sekedar Pelukan, Ciuman, dan rasa suka"


          Sudah 3 jam aku duduk di depan komputerku untuk menyelesaikan Proposal Study Tour Ke Borobudur. Suara Dewi pembawa acara Momea Gold Mania yang sejak tadi menemaniku dari kabin siar Radio Momea FM kini telah digantikan suara kalem si Vic“Hua Ce Lei”Chou dengan lagu Pieces Of Tears – nya.

“Pieces Of Tears, lagu favoritnya yuyu nih.” Gumamku

“Yuyu ??? aduh mampus gue…….!!” sambil menepuk kening, aku beranjak dari singgasana-ku.

Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.35 WIB. Lalu ku lihat Motorola C650-ku, ternyata tidak aktif. Setelah kuaktifkan ada sebuah SMS dari yuyu

“Fer, aku udah di Cafe nih. Kamu ada dimana? Jangan ngaret lagi ya.”

“Waduh….bisa kacau nih dunia persilatan.” Batinku.

Buru – buru aku mengganti pakaian, lalu memacu Suzuki Shogun-ku ke Mal Palembang Square di bilangan Kampus Pom IX.



          Setelah memarkir motor aku langsung berlari ke Cafe Bunga. Sore itu suasana di Cafe Bunga tidak begitu ramai. Pandanganku menyapu seluruh ruangan, tapi yuyu tidak ada. Tak lama, salah seorang waitress yang mengenaliku datang menghampiri.

“Fer, koq baru datang? Yuyu nungguin kamu lama lho.” Jelas waitress yang akrab disapa Mbak Bertha itu.

“Hmm….sekarang Yuyu nya kemana Mbak?” tanyaku

“Baru aja pergi, tadi mbak liat matanya berkaca - kaca seperti mau nangis.”

“Ok deh, Thanks ya Mbak” kata ku pelan



          Memang akhir – akhir ini kami jarang jalan bareng. Sejak aku punya job tambahan sebagai Ketua Mapala dan Wakil Ketua Senat Mahasiswa di kampusku, aku lebih banyak meluangkan waktuku untuk membuat Program – program kegiatan Mapala dan menghadiri rapat – rapat di kampus sampai lupa kalo aku punya sesuatu yang lebih berharga yaitu cinta seorang yuyu.

“Fer, temeni aku ke Gramedia yuk.” Pinta yuyu saat doi menelponku kemarin.

“Hmmm….yu, besok aja ya. Aku lagi ada rapat nih.”

Ku dengar ia menghela nafas

“Yu, marah ya?” tanyaku

“Gak, tapi janji ya besok temeni aku ke Gramed” katanya

“Iya, aku janji. Eh..yu, pergi nya jam berapa?”

“Jam 5 sore ya. Karena Ferris lagi sibuk, Yuyu tunggu di PS aja ya.”

“Di Cafe Bunga?”

“Yup.”

“Ok deh. Dah yuyu.”

“Bye, I love u” katanya mengakhiri pembicaraan.

Ia memang gadis yang pengertian. Tiga kata terakhir itu, dulu aku sering mengungkapkannya baik secara lisan maupun dengan isyarat tangan. Tapi belakangan ini kalimat indah itu sudah terlupakan. Bahkan tadi aku tidak membalas ucapannya.



          Sudah 2 hari sms – sms ku tidak mendapat balasan. Dan setiap kali aku menelpon selalu diputus. Biasanya gadis itu tidak pernah marah seperti ini. Ada rasa sesal dalam diriku. Rasa penyesalan yang sangat menusuk. Belakangan ini aku memang tanpa sadar telah melupakan gadis yang paling kukasihi itu.



          Akhirnya malam itu aku memutuskan untuk menelpon Yuyu di rumahnya. Tapi yang mengangkat telpon adalah Lina, saudara sepupu Yuyu.

“Lin, bisa bicara dengan yuyu sebentar?”

“Ngapain cari Yuyu? Kamu kan udah gak peduli sama dia.” Tanya Lina ketus

“Aku mau jelasin sesuatu Lin”

“Gak ada yang perlu dijelasin Fer.” Kata Lina ketus

“Lin, please bantu aku. Sebentar aja.” Pintaku

“Yuyu gak ada di sini!” jawab Lina lalu menutup telpon.



Penyesalan itu kian dalam. Sepanjang malam aku tidak dapat tidur.

“Besok pagi aku harus menemui yuyu, kalau tidak aku akan kehilangan dia untuk selamanya.” Batinku



          Pagi itu mentari bersinar cerah, setelah sarapan aku langsung memacu Suzuki Shogun-ku ke rumah yuyu di Jln. Semeru. Begitu sampai, aku langsung mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu tersebut dibuka, ternyata Lina.

“Pagi. Lin, yuyu ada Lin ?”

“Masih peduli dengan yuyu ?” tanya Lina ketus

“Lin, Please, aku cuma mau minta maaf dan menjelaskan semuanya.”

“Fer, seharusnya kamu bisa mengatur waktumu. Seharusnya kamu bisa menyisakan sedikit waktumu untuk yuyu. Fer, yuyu butuh perhatianmu, dan itu tidak ia dapatkan sejak kamu aktif dalam organisasi di kampusmu. Itu yang membuatnya kecewa.” Jelas Lina

“Aku tahu Lin. Aku telah menyadarinya. Untuk itulah aku kemari.”

“Tapi sayang kamu terlambat Fer.”

Aku menatap Lina dengan penuh tanda tanya.

“Yuyu udah gak disini lagi, kemarin ia memutuskan untuk pulang ke rumah ortunya di Muara Enim.”


Mendengar penjelasan Lina, penyesalanku semakin bertambah. Kali ini aku benar – benar tidak bisa memaafkan diriku. Dengan emosi ku tinju tembok batu yang ada di sampingku hingga tanganku memar, lalu duduk di kursi rotan yang ada di situ dan memejamkan mata.

“Fer..” Lina menyentuh pundakku dan tersenyum

Aku berpaling dan menatap Lina

“Fer, yuyu hanya seminggu di sana. Ia hanya ingin merayakan Natal bersama Ortu dan adiknya, minggu depan ia akan kembali kemari.”

“Sungguh ?!” tanyaku lagi

“Kuliahnya kan baru semester 2” kata Lina tersenyum

“Benar juga.” Batinku

Secercah harapan tumbuh dalam hatiku.



Tak lama kemudian, Lina keluar membawa obat luka dan perban lalu membalut lukaku.

“Fer, lu beneran sayang sama yuyu ?” tanya Lina

Aku mengangguk pelan.

“Yuyu adalah hal terindah dalam hidup aku lin” kataku sungguh – sungguh

“Yuyu juga sangat sayang sama kamu Fer.” Kata Lina tersenyum

Aku hanya diam.

“Lin, kamu punya alamat yuyu yang di Muara Enim ?” tanyaku

“Buat apa ?”

“Malam ini kan malam Natal.” Jawabku tersenyum

“Kamu mau menyusulnya ke Muara Enim ?” Tanya Lina terkejut

Aku tersenyum

“Ya. Untuk minta maaf, untuk mengatakan padanya bahwa aku sangat menyesal. Dan aku mau bilang kalo aku sangat menyayanginya. Sekalian ngucapin Selamat Natal.” Jelasku

“Wah…wah sepertinya malam Natal ini akan menjadi malam Natal yang romantis.” Kata Lina tersenyum, lalu masuk ke dalam.


Tak lama kemudian, ia keluar sambil membawa selembar kertas berisi catatan alamat yuyu dan memberikannya padaku.

“Fer, jangan kecewain dia lagi ya.”

Aku mengangguk

“Fer, semoga berhasil. Aku akan berdoa untuk kalian berdua.” Kata Lina dengan tulus

“Thanks ya Lin”



          Pulang dari rumah Lina, aku langsung mampir ke Travel untuk memesan tiket. Dan pagi itu juga, setelah pulang ke rumah untuk mengambil perlengkapan, aku langsung berangkat ke Muara Enim.



          Sepanjang perjalanan aku terus memikirkannya. Yuhana, gadis manis berambut sunsilk itu, aku mengenalnya pada Pesta Ultah Aldo sahabatku. Entah bagaimana, tak lama kemudian kami menjadi bersahabat lalu menjadi sepasang kekasih. Ia kuliah di MDP jurusan Sistem Informasi sedangkan aku kuliah di STBA Methodist Jurusan Sastra Inggris, tapi pengetahuanku tentang komputer cukup lumayan karena aku memang hobi dengan benda ajaib itu. Mungkin karena kesamaan hobi itulah yang membuat kami dekat.



          Setelah -/+ 5 Jam, akhirnya perjalanan yang melelahkan itu berakhir juga. Aku tiba di rumah yuyu sekitar pukul 17.25 WIB. Setelah mobil yang mengantarku berlalu pergi, kupandangi rumah yang ada di depanku. Rumah itu sederhana namun terlihat asri. Halamannya penuh dengan bunga, kelihatannya cukup terawat.



Aku membuka pintu pagar, dan berjalan menuju teras lalu mengetuk pintu. Cukup lama aku mengetuk pintu, namun tidak ada terdengar jawaban. Tak lama, ada seorang tetangga yang memberitahuku kalau Yuhana dan keluarganya tidak ada di rumah.

“Pak Yoseph dan keluarganya pergi ke Gereja, mungkin nanti malam baru pulang.” Kata Bapak itu.

“Benar juga, ini kan malam Natal.” Batinku



Hari mulai gelap. Aku menghampiri laki – laki setengah baya itu untuk meminta alamat Gereja yang dimaksud. Setelah mendapatkan alamat tersebut, aku segera pamit dan berlalu pergi.



          Malam itu kota Muara Enim terlihat cukup meriah, gemerlap lampu warna warni menghiasi sudut – sudut kota. Kira – kira 15 menit kemudian aku tiba di gereja itu, Gereja Santa Theresia yang megah. Di halamannya yang cukup luas terdapat sebuah patung Bunda Maria dengan raut wajah yang memancarkan cinta kasih. Patung itu nampak bercahaya karena gemerlap lampu warna warni yang menghiasi Pohon Natal yang ada di dekatnya.



Sepertinya Misa Natal sudah dimulai. Aku segera masuk dan bergabung dengan para jemaat untuk berdoa dan menyanyikan kidung – kidung Natal yang menghangatkan hati dan mendamaikan jiwaku.



          Setelah Misa Natal usai, aku segera mencari Yuyu. Ternyata ia sedang berdoa seorang diri di hadapan patung Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Aku berjalan menghampirinya

“Yu……”sapaku setelah ia selesai berdoa

Ia membuka mata dan berpaling ke arahku.

“Ferris…….kau???” ia nampak terkejut

“Lina yang memberitahuku. Yu…, aku minta maaf. Aku……….”

Kata – kataku terhenti karena Yuhana menempelkan jemarinya di bibirku. Ia tersenyum manis seolah tak pernah terjadi sesuatu.

“Jangan bicara lagi. Lina sudah cerita semuanya.” Jelas Yuyu

“Aku gak marah Fer. Aku gak marah……..” katanya lagi

Ada butir – butir kristal bening yang mencair dan mengalir dari matanya yang indah.

Mendengar kata – katanya itu, aku tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan. Setelah mengecup hangat keningnya, aku memeluknya dengan erat.

“Aku menyayangimu yu, aku menyayangimu…………….” Bisikku.

Ia melihat tanganku yang dibalut perban itu.

“Dasar bodoh…..”katanya sambil mengenggam tanganku.

Aku cuma tersenyum


Tiba – tiba aku teringat boneka Teddy Bear yang kubeli dari Grand JM sebelum berangkat pagi tadi. Kubuka tas ranselku dan mengeluarkan boneka itu.

“Yu, Selamat Natal..” kataku sambil mencium jemarinya.

“Thanks Fer, tapi aku gak punya kado Natal untukmu”

“Yuyu udah ngasih kado Natal yang paling indah” kataku tersenyum.

Ia memandangku dengan wajahnya yang lugu.

“Yuyu udah maafin Ferris. Itu adalah kado Natal yang paling indah.” aku menjelaskan

Ia pun tersenyum. Senyuman yang memberiku kehangatan Kasih Natal.

“Terima kasih Tuhan” Batinku

Tidak ada komentar: