14.11.09

Seorang Dewi

"Hati ini tidak pernah salah. Hanya Cinta tidak selalu terbalas indah"

“Cowok itu ibarat kapal dan cewek bagaikan batu karang, bila kapal berlayar terlalu dekat pada batu karang maka kapal tersebut akan kandas”

Itulah kata – kata yang pernah kuucapkan saat temanku ngobrol tentang “pacar”. Dan saat itu cuma Aldo (salah satu teman terbaikku) yang mampu memodifikasi kata – kataku.
“Loe tu goblok banget jen, kan lebih baik kalo batu karangnya kita pecahin, angkut ke kapal dan bawa berlayar”.

Mendengar kata – katanya itu, aku cuma bisa tertawa (dasar anak Jakarta!!!!)

Selama ini, aku memang menghabiskan waktu luangku hanya untuk meng-upgrade diri dengan cara belajar dan belajar (membosankan memang). Kalo refreshing paling ke Gramedia, main internet, atau ke bawah Ampera (cari buku bekas). Semua ini ku lakukan karena aku menginginkan masa depan yang lebih baik, aku ingin sukses dan yang ku tahu kesuksesan itu adalah 1% impian dan 99% keringat.

Namun lambat laun semangat “45” itu kendor juga. Saat itu aku merasa seperti orang yang mendaki bukit yang terjal dengan memikul batu batu besar dipunggung. Aku mulai bosan dengan kehidupanku yang tidak berwarna (itu kata temanku Ming2). Hingga suatu hari, saat aku bertemu dengannya. Seorang gadis cantik berambut panjang yang memberiku energi kehidupan yang lebih dahsyat dari baterai Energizer (walaupun cuma 3 hari). Ya …. dialah Dewi, gadis cantik, pinter dan aktif (mirip Honda Insight kalo boleh aku samain dengan mobil) yang secara tidak sengaja telah menyalakan pelita dan menerangi sudut – sudut hatiku yang telah lama diliputi kegelapan.


************************************************


Awalnya, pagi itu aku dan Aldo dengan mengendarai Yamaha F1ZR barunya pergi ke Vihara Dharmakirti yang terletak di Jl. Mayor Santoso. Saat melewati bengkel Usaha Tehnik, Aldo langsung berkicau,
“Wah si Dewi sembahyang di vihara sini jugo ye”.
Ternyata yang dimaksud adalah seorang siau cie piao liang (cantik men!) yang berjalan seorang diri.

Seminggu kemudian, saat sembahyang Kathina aku bertemu lagi dengan gadis itu. Lalu aku mencoba menyapanya,
“Halo wi, liat Aldo gak ?” tanya ku (alasan nih ^^)
Dia tersenyum, “Aku gak liat tuh, kayaknya gak dateng”
Senyumnya begitu mempesona. Tanpa ku sadari Dewi Aphrodite telah melepaskan panahnya, dan nancep tepat di jantung ku.

Sejak itu, setiap kali aku bertemu dengannya aku selalu menyapanya walaupun cuma “halo” doang. Dan sejak saat itu juga, aku selalu berharap untuk bertemu dengannya.


************************************************


Suatu hari, harapanku terkabul. Pagi itu aku sedang nungguin bis kota saat mataku melihat seorang gadis cantik diselimuti baju biru dan rok putih yang bermandikan sinar mentari yang cerah. Rambutnya yang panjang tergerai berkilau indah.
“Dewi!!!!!!” teriakku dalam hati
Aku mencoba bersikap biasa – biasa saja. Sambil tersenyum aku menyapanya, dia pun tersenyum manis.
“Mau kemana wi ?” tanyaku
Dia menjawab, tapi gak kedengaran dan aku gak mau nanya 2 kali (ntar di bilangin budeg ^^!). jadi aku cuma mengangguk sok ngerti.
“Mau kemana ?” dia balik nanya
“Mau kerja”
“Kerja dimana ?”
“Di thamrin, kamboja”
Saat itu ku lihat ada sebuah bis Km12 berhenti.
“Dewi naik mobil apa wi ?”
“Aku naik bis perum”
“Kalo gitu aku duluan ya “

Setelah itu aku langsung naik, tapi saat aku duduk aku berkata dalam hati “kok aku goblok banget ya ? aku kan bisa juga naik bis perum”. Aku berniat turun tapi gak jadi (abis tengsin sih). Bis mulai bergerak dan aku cuma bisa memaki – maki diriku sendiri dan berdoa agar aku mendapat kesempatan itu lagi esok hari. (dasar telmi alias telat mikir).

Setiba di kantor, aku bertemu dengan Rustam (karyawan baru) yang ternyata teman sekelas Dewi waktu di SMU Methodist I. Aku jadi ingat kalo Anton (temanku di sparepart) juga alumni Methodist I, begitu ku dapati si gendut itu, aku langsung menginterogasinya.
“Oh…..Dewi Kusuma, wongnyo item manis ye ?” jawabnya saat ku tanya apakah dia kenal dengan Dewi.
“Item???? Putih men. Cantik tau gak!!!!”
“He…he..he setau aku dulunyo Dewi kusuma itu yo agak – agak item, item manis “ katanya cengegesan.
“Emang Kopiko, udah lanjut…”
“Doi dulu tinggal di plaju, di Gg. Saleh, sekolah di SMP Methodist 3, SDnyo di Xaverius 8, emang ngapo kau nanyoin dio ?” Anton bicara panjang lebar persis pak er te.


************************************************


Keesokan harinya, seperti biasa aku nunggu bis di tempat itu. Entah kenapa hari itu aku begitu pe de. Saat aku melihatnya naik bis, aku pun ikut naik dan duduk di sampingnya. Begitu melihatku dia tersenyum.
“Kerja dimana Wi ?” aku mencoba membuka pembicaraan
“Di Arta, kamu tinggal di plaju ya ?”
“Gak ah, aku tinggal dekat sini, Dewi pernah tinggal di plaju kan ?” aku balik nanya
Dia mengangguk
“Di Gg. Saleh ?”
“Koq tau ?” dia mulai tertawa, begitu juga saat aku katakan bahwa dia pernah sekolah di SD Xaverius 8, SMP Methodist 3, dan SMU Methodist I
“Tau darimana ?” tanyanya lagi
“Dari BSP” aku mencoba bergurau
“Apa tu BSP ?”
“Badan Sensus Penduduk”
Dia tertawa lagi, dan aku senang sekali bisa membuatnya tertawa.

Pada hari itu aku mendapat suatu kebahagiaan yang tak dapat ku lukiskan dengan kata –kata. Pelita itu mulai menyala.

************************************************


Pagi itu mentari masih menyinari kota palembang dengan cerah, secerah wajahku saat melihat gadis itu dengan senyum diwajah berjalan menghampiriku. Ternyata Sanghyang Adi Buddha masih memberikan kesempatan padaku. .Saat di dalam bis aku berusaha untuk memanfaatkan waktu yang hanya + 15 menit itu sebaik mungkin. Aku berusaha membuatnya tersenyum dan tertawa.
“Hari ini biar aku saja yang bayar, gantian” katanya sambil tersenyum
“Kalo gitu sekalian aja besok kamu ongkosin aku, aku mo ke vihara gak ada ongkos” aku memodifikasi kata – kata yang pernah diajarkan Aldo
“iya .. kalo ketemu” dia menjawab sambil tertawa
Ternyata William Shakespeare benar juga bahwa cinta itu bisa membuat orang lemah menjadi kuat. Hari itu aku merasa berada di-Negeri di Awan-nya Katon Bagaskara. Semangatku mulai bangkit, kini aku punya alasan untuk hidup dan terus berjuang menggapai kesuksesan. Sepanjang hari aku bekerja dengan penuh semangat, bahkan saat aku pulang kerja dan pintu masih terkunci karena cece-ku belum pulang (mungkin jjs ama temennya) sehingga aku harus nunggu berjam – jam, aku tidak marah sedikitpun. Malah untuk beberapa saat aku melantunkan “Om mani pad me hum namo kwan se im po sat” dan “Namo sakyamuni buddhaya” sebagai rasa terima kasihku. Pelita itu kian bercahaya dan menerangi sudut – sudut hatiku yang paling dalam.


************************************************


Minggu itu puja bakti dimulai pukul 07.15, jadi pagi – pagi sekali aku pergi ke vihara. Selain ingin berterima kasih kepada para Buddha dan Bodhisatva, aku juga berharap dapat bertemu dengan gadis itu. Pagi itu aku beranjali sebanyak 5 kali. 2 yang terakhir aku khususkan untuk berterima kasih kepada para Buddha dan Bodhisatva atas 2 hari terindah yang baru saja kudapat serta berdoa agar kebahagiaan itu gak game over cuma sampe disini.

Aku mulai bermimpi tentang Valentine tahun 2002 yang akan datang. aku bermimpi memiliki seseorang yang bisa kuberikan setangkai mawar merah dan sebuah boneka Teddy Bear. Tanpa sadar aku berbicara dengan boneka kingkong pemberian cece-ku bahwa Sanghyang Adi Buddha (Tuhan) telah menganugerahi aku seorang Dewi.

Aku berkhayal, sincia ini aku akan datang kerumah Aldo dengan seorang Dewi, dan mengatakan padanya bahwa aku bisa mendapat anugerah seorang Dewi.
Namun impian dan khayalan itu hilang terbawa angin tatkala Rita (teman kerjaku yang juga teman sekampus Dewi) mengatakan bahwa sang Dewi-ku udah punya seorang Gatotkaca eh Arjuna men!!. Angin itu tak hanya mencuri mimpi – mimpiku tapi juga membuat pelita itu kian mengecil dan mengecil. Dan kini pelita itu padam sama sekali.

Ternyata Beauty and the Beast itu hanya ada dalam dongeng. Dan ternyata Sang Peri itu gak adil, Cinderella dan Casper dikasih 1 jam untuk bersama orang yang dicintainya, sedangkan aku cuma dikasih + 30 menit (+ 15 menit X 2 hari)
Ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Ya…. Semangatku telah hilang. Sepanjang hari aku malas berbicara, begitu juga saat pulang ke rumah dan cece-ku bertanya
“Lho koq bekalnya gak dimakan ?”
Aku cuma diem kayak patung
“Kamu sakit ya ?” tanyanya lagi
Aku cuma geleng – geleng
“Tapi koq tampang kamu kayak orang sakit ?”
“Udah deh, aku lagi gak mood jadi jangan banyak tanya” jawabku keki

Malam itu setelah membaca Manggala Sutta dan Ratana Sutta aku langsung tidur dan berharap saat aku bangun esok hari semuanya dapat aku lupakan. Tapi ternyata aku salah. Sama seperti lagu That’s Why yang dinyanyikan oleh Michael Learns to Rock “Love is one big illusion, I should try to forget, but there is something left in my head”. Nama Dewi kusuma itu masih ada dalam benakku, saat – saat bersamanya 2 hari itu masih tersimpan dalam memori otakku.

Ternyata William Shakespeare benar lagi, bahwa cinta itu selain dapat membuat orang lemah jadi kuat, dapat juga membuat orang kuat jadi lemah dan orang pinter jadi bodoh.

Ya gadis itu ternyata memang seorang Dewi dan ternyata deposito karma baikku belum cukup untuk mendapat anugerah seorang Dewi.

Copyright @09-01-2002 *** Revised 22-06-2007 *** Created by Budi Susanto
"

Tidak ada komentar: